Minggu, 13 November 2011

22.42 - No comments

PNEUMOTORAKS


a.      Pengertian
Pneumotoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara pleura visceral dan pariental.
Pembagian pheumotoraks bermacam-macam tergantung dari sisi pembuatan klasifikasi tertentu. Dibawah ini beberapa pembagian pheumotoraks.
1.       Berdasarkan terjadinya
a.      Artifisial
Pheumotoraks yang disebabkan tindakan tertentu atau memang disengaja untuk tujuan tertentu.
b.      Traumatik
Pheumotoraks yang disebabkan oleh jejas mengenai dada.
c.      Spontan
Pheumotoraks yang terjadi secara spontan tanpa didahului oleh kecelakaan atau trauma seringkali didapatkan pada penyekit dasar misalnya : Tuberkulosis paru yang prosesnya sudah lama, dengan multiple cavety, fibrosis, emfisema, TB milier.
2.       Berdasarkan lokalisasi
a.      Pheumotoraks parietalis
b.      Pheumotoraks medialis
c.      Pheumotoraks basalis
3.       Perbedaan derajat kolaps
a.      Pheumotoraks totalis
b.      Pheumotoraks parsialis
4.       Berdasarkan jenis fistel
a.       Pheumotoraks terbuka → pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan waktu ekspirasi tekanan menjadi positif
Pertama           Kedua
Ekspirasi                  +2          -         +2
Inspirasi                    -2                     -2                 
b.      Pheumotoraks tertutup → pada waktu terjadi gerakan pernapasan tekanan udara di kavum pleura tetap negatif
Pertama           Kedua
Akspirasi                   - 4                - 4
Inspirasi                     -12                   -12
c.       Pheumotoraks ventil   → waktu ekspirasi di rongga pleura tidak dapat keluar. Akibatnya tekanan dalam rongga pleura makin lama makin tinggi.
   Pertama        Kedua Ketiga
Ekspirasi          +12          +7      +10
Inspirasi            -3                 +3             +6

Etiologi dan Patogenesis Pheumotoraks Spontan
Keadaan fisiologi tekanan-tekanan dirongga dada dalam keadaan normal sebagai berikut :
a.      Tekanan intrapleural inspirasi sekitar        - 11 → - 12 cm H2 O
b.      Tekanan intrapleural ekspirasi sekitar        - 4 → -9 cm H2 O
c.      Tekanan intra bronchial inspirasi sekitar   - 1,5 → -7 cm H2 O
d.     Tekanan intra bronchial ekspirasi sekitar - 1,5 → - 4 cm H2 O
e.      Tekanan intra bronchial waktu bicara       → +30 cm H2 O
f.       Tekanan intra bronchial waktu batuk        → +90 cm H2 O

b.      Patofisiologi pneumothoraks menurut Macklio
Alveol disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek, apabila alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara masuk dengan mudah menuju kejaringan peribronkovarkuler gerakan nafas yang kuat, infeksi dan obstruksi endrobronkial merupakan beberapa factor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular gerakan nafas yang kuat, infeksi dan obstruksi endobronkial merupakan beberapa factor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular robekan pleura kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulan pneumothoraks sedangkan robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulakan pneumomediastinum dari medrastinum udara mencari jalan menuju atas, ke arah leher. Diantara organ – organ di mediastinum terdapat jaringan ikat yang longgar sehingga mudah di tembus oleh udara. Dari leher udara menyebar merata di bawah kulit leher dan dada yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis. Emfisema sub kutis dapat meluas kearah perut hingga mencapai skretum.
c.       Gejala klinis
ø  Nyeri dada yang mendadak
ø  Sesak napas yang mendadak
ø  Kegagalan pernapasan dan mungkin pula disertai sianosis.


d.      Pemeriksaan fisik dan Penunjang
ø  Seringg terjadi “circulatory collapseoleh karena “Tenston pneumothoraks”
ø  Pada perkusi didapatkan suara hipersonar.
ø  Pada auskultasi di dapatkan suara napas melemah sampai menghilang pada sisi yang sakit.
ø  Foto Dada
-         Pada foto dada PA, terlihat pinggir paru yang kollaps berupa garis pada pneumothoraks parsialis yang lokalisasinya di anterior atau porterior batas pinggir paru ini mungkin tidak terlihat.
-         Mediastinal ships” dapat dilihat pada foto PA atau fluoroskopi pada saat penderita inspirasi atau ekspirasi, terutama dapat terjadi pada “tension pneumothoraks”

e.       Diagnosis banding
1.      Pleurisi dan perikarditis
2.      Miokard infark dan emboli paru
3.      Bronkitis kronis dan emfisema
4.      “Diaphragmatic Herniae”
5.      Dissecting aneurysmae aortae”

f.       Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks, derajat kolaps berat ringan gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi untuk melaksanakan pengobatan tersebut dapat dilakukan tindakan medis atau tindakan bedah.
1.      Tindakan medis
Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur  tekanan intra pleural menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama di tujukan pada penderta pneumothoraks tertutup atau terbuka sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama  yang harus dilakukan dekompresi terhadap tekanan intra plura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat hubungan dengan udara luar.
2.      Tindakan dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara :
a.        Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk kerongga pleura dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena udara keluar melalui jarum tersebut.
b.       Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1.       Dapat memakai infus set
2.       Jarum abbocath
3.       pipa water sealed drainage (WSD)
Pipa khusus (thoraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pean) pemasukan pipa plastik (thoraks kateter) dapat juga dilakukan me;lalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada garis aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung selang plastik didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik di dada dan pipa kaca WSD di hubungkan melalui pipa plastik lainnya posisi ujung pipa kaca yang berada  di botol sebaiknya berada 2 cm dibawah permukkaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.
Penghisapan terus – menerus (continous suction).
Penghisapan dilakukan terus menerus apabila tekanan intra pleura tetap positif penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar sebesar 10 – 20  cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.
Pencabutan drain.
Apabila paru telah mengembang  maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, drain drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain di tutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
3.      Tindakan bedah
1.       Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi duicari lubang yang menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.
2.       Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebakan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
3.       dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada fistel dari paru yang rusak. Sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.
4.       pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat fistel.

Pengobatan tambahan
1.       Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebanya
-           Tehadap proses tuber kulosis paru, diberi obat anti tuberculosis .
-           Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi laksan ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak perlu mengejan terlalu keras.
2.       Istirahat total
-           Penderita dilarang melakukan kerja keras (mengangkat barang) batuk, bersin terlalu keras, mengejan.

Pencegahan pneumothorak
1.       Pada penderia PPOM, berikanlah pengobatan dengan sebaik – baiknya, terutama bila penderita batuk, pemberian bronkodilator  anti tusif ringan sering sering dilakukan dan penderita dianjurkan kalau batuk jangan keras – keras. Juga penderita tidak boleh mengangkat barang berat, atau mengejan terlalu kuat.
2.       Penderita TB paru, harus diobatai dengan baik sampai tuntas. Lebih baik lagi. Bila penderita TB masih dalam tahap lesi minimal, sehingga penyembuhan dapat sempurna tanpa meninggalkan cacat yang berarti.

Rehabilitasi
1.       Penderita yang telah sembuh dari pneumothoraks harus dilakukan pengobatan secara baik untuk penyakit dasar.
2.       untuk sementara waktu (dalam beberapa minggu), penderita dilarang mengejan, mengangkat barang berat, batuk / bersin terlalu keras.
3.       bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian anti tusif, berilah laksan ringan.
4.       Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama  kalau ada keluhan batuk sesak nafas.






ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMOTORAKS

A.    Pengkajian
1.      Identitas pasien dan penanggung jawab
2.      Riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan keluarga
3.      Pemeriksaan pola fungsi kesehatan Gordon
4.      Pemeriksaan fisik (head to toe)
Ø  Thoraks : Pada inspeksi dada simetris, terpasang WSD dada kiri dan kanan serta ada plester pada kanan untuk fraktur iga 5 dan 6, pengembangan dada kurang optimal. Auskultasi bunyi paru normal atau tidak ada whezing atau ronkii, perkusi suara tympani pada paru kanan dan suara redup pada paru kiri dan palpasi vokal fremitus menurun.
Ø  Ekstremitas : Mampu digerakan tetapi dengan pelan-pelan karena saat bergerak dirasakan nyeri.
5.      Pemeriksaan penunjang : Foto thoraks (terlihat pinggir paru yang kolaps berupa garis) dan Fluoroscopy
B.     Analisis data
Adanya data subyektif dan data obyektif yang didapatkan dari pengkajian dan terdapat problem dan etiologi pasien.
C.     Diagnose keperawatan
1.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan  kekolapsan paru, pergeseran mediastinum.
2.      Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insersi WSD
3.      Defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dalam waktu cepat
4.      Gangguan  mobilitas fisik berhubngan dengan ketidak nyamanan sekunder akibat pemasangan WSD.
5.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan  keterbatasan informasi terhadap  prosedur tindakan WSD.




0 komentar:

Posting Komentar